Minggu, 26 April 2015

SEKTOR DAN KEBIJAKAN MONETER



SEKTOR DAN KEBIJAKAN MONETER
A.    Teori dan Model
Uang mempunyai peran sentral di dalam perekonomian modern. Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang ini tanpa uang tidak mungkin ekonomi bisa berjalan karena tidak ada permintaan atau konsumsi rumah tangga ( C ). Sedangkan di sisi lain, terlalu banyak uang beredar di masyarakat mengakibatkan terlalu banyak permintaaan. Ada dua teori utama dari aliran klasik mengenai peran uang di dalam ekonomi, yakni teori kuantitas uang dan teori Cambridge. Dasar pemikiran dari teori kuantitas uang adalah bahwa uang hanya sebagai alat tukar dan perekonomian selalu dalam kondisi keseimbangan ( permintaan agregat (AD) = penawaran agregat (AS) ) pada tingkat kesempatan kerja penuh. Sebagai alat tukar, maka uang akan berputar atau berpindah tangan dari satu pihak ke pihak lain selama satu periode tertentu. Dasar pemikiran dari teori Cambridge adalah bahwa permintaan uang tidak hanya dipengaruhi oleh volume transaksi yang di ukur dengan PDB rill (y), tetapi juga dipengaruhi oleh tiga faktor lainnya. Di dalam model Cambridge ini, nilai aset seperti pendapatan atau kekayaan dihitung dalam nilai nominal, oleh karena itu, permintaan uang karena faktor kekayaan di katakan proporsional dengan pendapatan nasional nominal.
Pandangan dari Cambridge ini selanjutnya disempurnakan oleh Keynes yang menyatakan bahwa permintaan uang mempunyai dua tujuan, yakni  untuk maksud transaksi, yang dipengaruhi oleh pendapatan dan untuk spekulasi yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Maka permintaan uang total adalah permintaan uang untuk transaksi ditambah dengan permintaan uang untuk spekulasi. Kebijakan moneter di Indonesia sepenuhnya tanggung jawab dari bank sentral Indonesia yank Bank Indonesia (BI), sebagai OM. Sistem moneter di Indonesia terdir dari OM dan bank-bank yang menciptakan uang giral dan unag kuasi yang merupakan bank-bank umum yang mempunyai kedudukan khusus dalam sistem keuangan karena dapat menciptakan kedua jenis uang tersebut.
Ada empat instrumen yang dapat diprgunakan oleh BI sebagai suatu bank sentral untuk mengarahkan pelaksanaan kebijakan moneternya untuk mencapai sasaran operasional yaitu : (i) operasi pasar terbuka yaitu kegiatan jual beli surat berharga oleh BI yang di umumkan secara terbuka sebelum dan sesudah transaksi dengan tujuan untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan suku bunga. (ii) giro wajib minimum, yaitu mengubah ketentuan jumlah dana yang harus disimpan oleh bank di BI. (iii) fasilitas diskonto, yaitu suku bunga yang dibebankan kepada bank-bank komersial yang meminjam dana dari BI bila cadangannya secara temporer berada dibawah tingkat yang di tentukan. (iv) persuasi moral, yaitu himbauan yang dilakukan oleh BI kepada perbankan untuk melaukan atau tidak melakukan sesuatu, misalnya himbauan untuk bersikap konservatif dalam menyalurkan pinjaman.
B.     Analisis Empiris
Dalam periode 1983-1984, setelah berakhirnya krisis minyak dunia ke dua kebijakan moneter diarahkan untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi perkembangan perbankan nasional.  Dari tahun 1985 hingga 1987, OM mengeluarkan kebijakan moneter yang berhati-hati di tengah tekanan pada neraca pembayaran Indonesia, untuk menjaga kecukupan devisa, karena bagi Indonesia sangat diperlukan terutama untuk membayar impor dan cicilan bunga ULN.
1.      Suku Bunga
BI mempunyai sejumlah instrumen untuk menjalankan kebijakan moneternya, dan salah satunya adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Fungsi dari suku bunga sebagai salah satu instrumen BI ntuk mengatur atau menjaga stabilitas perekonomian dapat juga dilihat dari sebuah pernyataan didalam sebuah laporan bulanan dari BI. Tingkat suku bunga BI bags sebagai salah satu indikator mengenai sifat dari kebijakan moneter, apakah ekspansif atau kontraktif. Sejak berakhirnya krisis keuangan Asia yang terjadi pada periode 1997-1998, ekonomi Indonesia mulai menunjukkan pemlihan pada awal abad ke 21, Indonesia mulai menerapkan kebijakan moneter ekspansif yang ditandai oleh suku bunga SBI yang muali kembali turun, dan segera diikiuti oleh penurunan tingkat suku bunga di pasar uang.
Suku bunga lainnya yang umum digunakan sebagai salah satu acuan dalam menganalisis sifat dari kebijakan moneter yang sedang diterapkan di Indonesia adalah suku bunga deposito berjangka, baik untuk 1 bulan maupun untuk jangka waktu yang lebih lama. Namun demikian, BI di Indonesia tidak bebas sepenuhnya menentukan tingkat suku bunga yang diinginkan untuk mempengaruhi perekonomian nasional lewat sektor moneter, karena BI juga harus memperhatikan tingkat suku bunga di dunia. Dari sisi kredit perbankan, tingkat suku bunga kredit konsumsi selalu lebih tinggi dibandingkan suku bunga kredit usaha, yakni untuk mendanai modal kerja dan investasi. Tujuan utama dari perbedaan tersebut adalah untuk memudahkan perkembangan dunia usaha dengan cara memberikan dana pinjaman dengan biaya lebih murah.

2.      Uang Beredar
Jumlah uang yang bertambah dibarengi dengan tingkat suku bunga yang menurun dan sebaliknya, tingkat suku bunga yang tinggi di barengi dengan jumlah uang yang sedikit.  Di dalam kelompok ASEAN, jumlah suplai uang atau uang beredar di Indonesia bukan yang terbesar, walaupun sempat meningkat tajam pada tahun 1998 yang mencapai sekitar 60,4% dari PDB dengan laju 62,3 %. Besarya kredit yang disalurkan oleh perbankan ke masyarakat merupakan komponen penting dari peningkatan suplai uang di dalam ekonomi. Bank-bank yang mengeluarkan kredit dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yakni bank-bank pemerintah, bank-bank komersial / swasta, dan bank-bank asing dan campuran. Setelah berakhirnya krisis ekonomi global 2008-2009, dan ekonomi Indonesia sudah mulai menunjukkan adanya pemulihan, pertumbuha kredit terus meningkat sejalan denga penurunan suku bunga kredit.
3.      Nilai Tukar dan Inflasi
Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah merupakan salah satu tanggung jawab BI. Karena stabilitas nilai rupiah bersama dengan stabilitas harga atau laju inflasi yang terkontrol merupakan dua prasyarat penting bagi pencapaian kelangsungan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas perekonomian nasional. Oleh karena itu, dapat dipahami jika pada saat nilai tukar rupiah jatuh pada masa krisis keuangan Asia 1997-1998, BI menaikkan suku bunganya yang begitu tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya semata-mata untuk menahan laju kejatuhan nilai upiah pada saat itu.
Berdasarkan kekuatan pasar, nilai tukar rupiah ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang asing di pasar valuta asing di Indonesia. Sedangkan arus modal terdiri atas dua komponen, yakni PMA dan investasi portofolio, jika arus modal masuk lebih banyak dari pada arus modal keluar, penawaran dolar AS di dalam negeri meningkat, dan sebaliknya, menurun jika lebih banyak modal keluar dari pada ke dalam.  Semakin pentingnya peran arus modal masuk, khususnya jangka pendek, dalam mempengaruhi stabilistas / perubahan nilai tukar rupiah juga ditegaskan oleh BI.salah satu bentuk baru yang banyak mendapat sambutan dari ekonom dan pembuat kebijakan adalah mengarah ke sasaran inflasi yang eksplisit atau strategi kebijakan moneter berupa inflation targeting. Dalam penargetan inflasi, sasaran akhir dari kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai tingkat inflasi yang relatif rendah dan stabil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar