SEKTOR DAN KEBIJAKAN MONETER
A. Teori
dan Model
Uang
mempunyai peran sentral di dalam perekonomian modern. Berbeda dengan zaman
dahulu, sekarang ini tanpa uang tidak mungkin ekonomi bisa berjalan karena
tidak ada permintaan atau konsumsi rumah tangga ( C ). Sedangkan di sisi lain,
terlalu banyak uang beredar di masyarakat mengakibatkan terlalu banyak
permintaaan. Ada dua teori utama dari aliran klasik mengenai peran uang di
dalam ekonomi, yakni teori kuantitas uang dan teori Cambridge. Dasar pemikiran
dari teori kuantitas uang adalah bahwa uang hanya sebagai alat tukar dan
perekonomian selalu dalam kondisi keseimbangan ( permintaan agregat (AD) =
penawaran agregat (AS) ) pada tingkat kesempatan kerja penuh. Sebagai alat
tukar, maka uang akan berputar atau berpindah tangan dari satu pihak ke pihak
lain selama satu periode tertentu. Dasar pemikiran dari teori Cambridge adalah
bahwa permintaan uang tidak hanya dipengaruhi oleh volume transaksi yang di
ukur dengan PDB rill (y), tetapi juga dipengaruhi oleh tiga faktor lainnya. Di
dalam model Cambridge ini, nilai aset seperti pendapatan atau kekayaan dihitung
dalam nilai nominal, oleh karena itu, permintaan uang karena faktor kekayaan di
katakan proporsional dengan pendapatan nasional nominal.
Pandangan
dari Cambridge ini selanjutnya disempurnakan oleh Keynes yang menyatakan bahwa
permintaan uang mempunyai dua tujuan, yakni
untuk maksud transaksi, yang dipengaruhi oleh pendapatan dan untuk
spekulasi yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Maka permintaan uang total
adalah permintaan uang untuk transaksi ditambah dengan permintaan uang untuk
spekulasi. Kebijakan moneter di Indonesia sepenuhnya tanggung jawab dari bank
sentral Indonesia yank Bank Indonesia (BI), sebagai OM. Sistem moneter di
Indonesia terdir dari OM dan bank-bank yang menciptakan uang giral dan unag
kuasi yang merupakan bank-bank umum yang mempunyai kedudukan khusus dalam
sistem keuangan karena dapat menciptakan kedua jenis uang tersebut.
Ada
empat instrumen yang dapat diprgunakan oleh BI sebagai suatu bank sentral untuk
mengarahkan pelaksanaan kebijakan moneternya untuk mencapai sasaran operasional
yaitu : (i) operasi pasar terbuka yaitu kegiatan jual beli surat berharga oleh
BI yang di umumkan secara terbuka sebelum dan sesudah transaksi dengan tujuan
untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan suku bunga. (ii) giro wajib minimum,
yaitu mengubah ketentuan jumlah dana yang harus disimpan oleh bank di BI. (iii)
fasilitas diskonto, yaitu suku bunga yang dibebankan kepada bank-bank komersial
yang meminjam dana dari BI bila cadangannya secara temporer berada dibawah
tingkat yang di tentukan. (iv) persuasi moral, yaitu himbauan yang dilakukan
oleh BI kepada perbankan untuk melaukan atau tidak melakukan sesuatu, misalnya
himbauan untuk bersikap konservatif dalam menyalurkan pinjaman.
B. Analisis
Empiris
Dalam
periode 1983-1984, setelah berakhirnya krisis minyak dunia ke dua kebijakan
moneter diarahkan untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi perkembangan
perbankan nasional. Dari tahun 1985
hingga 1987, OM mengeluarkan kebijakan moneter yang berhati-hati di tengah
tekanan pada neraca pembayaran Indonesia, untuk menjaga kecukupan devisa,
karena bagi Indonesia sangat diperlukan terutama untuk membayar impor dan
cicilan bunga ULN.
1. Suku
Bunga
BI
mempunyai sejumlah instrumen untuk menjalankan kebijakan moneternya, dan salah
satunya adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Fungsi dari suku
bunga sebagai salah satu instrumen BI ntuk mengatur atau menjaga stabilitas
perekonomian dapat juga dilihat dari sebuah pernyataan didalam sebuah laporan
bulanan dari BI. Tingkat suku bunga BI bags sebagai salah satu indikator
mengenai sifat dari kebijakan moneter, apakah ekspansif atau kontraktif. Sejak
berakhirnya krisis keuangan Asia yang terjadi pada periode 1997-1998, ekonomi
Indonesia mulai menunjukkan pemlihan pada awal abad ke 21, Indonesia mulai
menerapkan kebijakan moneter ekspansif yang ditandai oleh suku bunga SBI yang
muali kembali turun, dan segera diikiuti oleh penurunan tingkat suku bunga di
pasar uang.
Suku
bunga lainnya yang umum digunakan sebagai salah satu acuan dalam menganalisis
sifat dari kebijakan moneter yang sedang diterapkan di Indonesia adalah suku
bunga deposito berjangka, baik untuk 1 bulan maupun untuk jangka waktu yang
lebih lama. Namun demikian, BI di Indonesia tidak bebas sepenuhnya menentukan
tingkat suku bunga yang diinginkan untuk mempengaruhi perekonomian nasional
lewat sektor moneter, karena BI juga harus memperhatikan tingkat suku bunga di
dunia. Dari sisi kredit perbankan, tingkat suku bunga kredit konsumsi selalu
lebih tinggi dibandingkan suku bunga kredit usaha, yakni untuk mendanai modal
kerja dan investasi. Tujuan utama dari perbedaan tersebut adalah untuk
memudahkan perkembangan dunia usaha dengan cara memberikan dana pinjaman dengan
biaya lebih murah.
2. Uang
Beredar
Jumlah
uang yang bertambah dibarengi dengan tingkat suku bunga yang menurun dan
sebaliknya, tingkat suku bunga yang tinggi di barengi dengan jumlah uang yang
sedikit. Di dalam kelompok ASEAN, jumlah
suplai uang atau uang beredar di Indonesia bukan yang terbesar, walaupun sempat
meningkat tajam pada tahun 1998 yang mencapai sekitar 60,4% dari PDB dengan
laju 62,3 %. Besarya kredit yang disalurkan oleh perbankan ke masyarakat merupakan
komponen penting dari peningkatan suplai uang di dalam ekonomi. Bank-bank yang
mengeluarkan kredit dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yakni
bank-bank pemerintah, bank-bank komersial / swasta, dan bank-bank asing dan
campuran. Setelah berakhirnya krisis ekonomi global 2008-2009, dan ekonomi
Indonesia sudah mulai menunjukkan adanya pemulihan, pertumbuha kredit terus
meningkat sejalan denga penurunan suku bunga kredit.
3. Nilai
Tukar dan Inflasi
Menjaga
stabilitas nilai tukar rupiah merupakan salah satu tanggung jawab BI. Karena
stabilitas nilai rupiah bersama dengan stabilitas harga atau laju inflasi yang
terkontrol merupakan dua prasyarat penting bagi pencapaian kelangsungan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas perekonomian nasional. Oleh karena itu,
dapat dipahami jika pada saat nilai tukar rupiah jatuh pada masa krisis
keuangan Asia 1997-1998, BI menaikkan suku bunganya yang begitu tinggi yang
belum pernah terjadi sebelumnya semata-mata untuk menahan laju kejatuhan nilai
upiah pada saat itu.
Berdasarkan
kekuatan pasar, nilai tukar rupiah ditentukan oleh besarnya permintaan dan
penawaran mata uang asing di pasar valuta asing di Indonesia. Sedangkan arus
modal terdiri atas dua komponen, yakni PMA dan investasi portofolio, jika arus
modal masuk lebih banyak dari pada arus modal keluar, penawaran dolar AS di
dalam negeri meningkat, dan sebaliknya, menurun jika lebih banyak modal keluar
dari pada ke dalam. Semakin pentingnya
peran arus modal masuk, khususnya jangka pendek, dalam mempengaruhi stabilistas
/ perubahan nilai tukar rupiah juga ditegaskan oleh BI.salah satu bentuk baru
yang banyak mendapat sambutan dari ekonom dan pembuat kebijakan adalah mengarah
ke sasaran inflasi yang eksplisit atau strategi kebijakan moneter berupa
inflation targeting. Dalam penargetan inflasi, sasaran akhir dari kebijakan
moneter diarahkan untuk mencapai tingkat inflasi yang relatif rendah dan
stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar