KRISIS EKONOMI
A.
Jenis
Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya
Suatu perubahan ekonomi dapat
menjelma menjadi suatu krisis ekonomi. Dilihat dari proses terjadinya, krisis
ekonmi mempunyai dua sifat yang berbeda. Pertama, krisis ekonomi yang terjadi
secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, yang umum disebut
goncangan ekonomi tak terduga. Seperti kenaikan harga minyak pada tahun 1974,
kenaikan harga minyak tersebut disebut sebagai krisis minyak. Sedangkan bagi
indonesia yang saat itu masih menjadi salah satu pengekspor minyak di dunia,
peristiwa tersebut merupakan suatu keuntungan besar (oil bloom) bagi
pemerintah.
1. Krisis
Produksi
Krisis
ini termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari dalam negeri. Krisis
tersebut bisa dalam bentuk penurunan produksi domestik secara mendadak dari
sebuah komoditas pertanian, misalnya padi/beras. Penurunan produksi
tersebut berakibat langsung pada
penurunan tingkat pendapatan rill dari para petani dan buruh tani padi.
Selanjutnya jika pemerintah disebuah provinsi yang mengalami penurunan produksi
padi tidak melakukan impor padi untuk mengkompensasi kekuranagn beras di pasar
lokal akibat penuruan produksi tersebut, maka akan terjadi kelebihan permintaan
terhadap padi di provinsi tersebut, dan sesuai dengan mekanise pasar maka,
harga beras di provinsi tersebut akan melonjak tinggi yang berakhir dengan laju
inflasi yang tinggi.
2. Krisis
Perbankan
Damapk
langsung atau fase dari efek krisis perbankan adalah kesempatan kerja dan
pendapatan yang menurun di subsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua krisis
perbankan merembet ke perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada sektor
perbankan dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi. perusahaan-perusahaan
tersebut sedang mengalami kekurangan dana atau bangkrut, atau perusahaan masih
bisa mendapatkan kredit tetapi dengan tingkat suku bunga pinjaman (R) yang jauh
lebih tinggi dibandingkan pada saat perbankan dalam keadaan normal.
3. Krisis
Nilai Tukar
Suatu
perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS yang
dianggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut megalami penurunan atau
depresiasi yang sangat besar yang prosesnya mendadak atau berlangsung terus-menerus
yang membentuk sebuah tern yang meningkat (rupiah per satu doalr AS ). Dampak
langsung dari perubahan tersebut adalah pada ekspor dan impor. Paling tidak,
menurut teori konvensional mengenai perdagangan inernasional, depresiasi nilai
tukar dari suatu mata uang terhadap misalnya dolar AS yang membuat daya saing
harga dar produk-produk buatan negara dari mata uang tersebut membaik, yang
selanjutnya membuat volume ekspornya meningkat.
Di
sisi impor akibat kurs mata uang nasional melemah, misalnya dalam rupiah, dari
Rp 2.000 per satu dolar AS menjadi Rp 10.000 per satu dolar AS, maka
harga-harga dalam rupiah di pasar dalam negeri dari produk-produk impor akan
naik, yang bahkan bisa mengakibatkan meningkatnya laju inflasi di Indonesia.
Besar pengaruhnya terhadap laju inflasi sangat tergantung pada jenis produk
yang paling banyak diimpor ( barang-barang kebutuhan pokok atau bahan baku )
dan keterkaitan antar barang-barang yang diimpor dengan kegiatan dalam negeri.
4. Krisis
Perdagangan
Dalam
hal krisis ekonomi yang berasal dari sumber –sumber eksternal, ada dua jalur
utama, yaitu perdagangan dan investasi/arus modal . Di dalam jalur perdagangan
itu sendiri ada dua sub-jalur, yaitu ekspor dan impor (barang dan jasa ). Dalam
jalur ekspor, misalnya ekspor barang, suatu krisis bagi negara eksportir
turun secara drastis atau permintaan
dunia terhadap komoditas tersebut menurun secara signifikan.
Dalam ekspor jasa, suatu krisis bisa
terjadi jika jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke dalam negeri menurun
secara drastis, atau jumlah pengiriman uang ke Indonesia dari tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di luar negeri mengalami pengurangan secara signifikan.
Dalam hal impor, suatu kenaikan harga dunia yang signifikan atau suatu
penurunan secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar dari persediaan dunia
untuk suatu komoditas yang di perdagangkam di pasar global dapat menjadi suatu
krisis ekonomi yang serius bagi negara-negara importir jika komoditas itu
sangat krusial, misalnya beras, atau minyak yang juga sering merupakan
komoditas-komoditas kunci bagi masyarakat miskin.
Dalam
kasus ini, jalur-jalur transmisi paing utama adalah perubahan-perubahan dalam
output, inflasi dan kesempatan kerja. Kelompok-kelompo masyarakat yang paling
rentan terhadap krisis tipe ini yaitu : pertama, perusahaan yang sangat
bergantung pada minyak seagai sumber energi atau bahan baku utama dan
pekerja-pekerja di perusahaan tersebut. Dan kedua, lewat keterkaitan produksi
dan konsumsi pendapatan domestik, yaitu perusahaan tau sektor-sektor yang
terkait, termasuk pekerja-pekerja.
5. Krisis
Modal
Suatu
pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah besar atau penghentian bantuan
serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuah krisis ekonomi bagi banyak
negara miskin di dunia, seperti di Afrika dan Asia Tengah yang ekonomi mereka
selama ini sangat tergantung pada ULN atau hibah internasional. Suatu pelarian
modal, baik yang berasal dari sumber dalam negeri maupun modal asing, terutama
investasi asing jangka pendek ( uang panas ), dalam jumlah yang besar dan
seacara menadadak bisa menjelma menjadi sebuah krisis besar bagi ekonomi dari
negara-negarayang sangat memerlukan modal investasi.
Proses
mulai dari larinya mdal ke luar negeri hingga menjadi sebuah krisis ekonomi
sangat sederhana, dana investasi di dalam negeri berkurang, investasi menurun
,kegiatan produksi dan tingkat produktivitas menurun, pertumbuhan ekonomi
merosot, jumlah angkatan kerja yang bisa bekerja berkurang, tingkat pendapatan
rill menurun dan pada akhirnya, tingkat kemiskinan bertambah. Di sisi lain,
suatu pelarian modal dalam jumlah besar akan menyebabkan depresiasi nilai tukar
mata uang dari negara bersangkutan.
B.
Jalur
Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring
Dampak Krisis
Sebuah
krisis ekonomi bisa memiliki jalur-jalur pertama, kedua dan ketiga sekaligus,
tergantung pada tipe krisis tersebut. Juga dalam sebuah krisis ekonomi yang
mempengaruhi lebih dari satu sektor ekonomi, sebuah jalur transmisi bisa masuk
kategori primer untuk satu sektor sementara untuk sektor-sektor lainnya yang juga
terkena dampaknya, jalur tersebut masuk kategori sekunder. Misalnya, dalam
kasus krisis perbankan, jalur output merupakan jalur primer (*), yaitu output
dari sektor tersebut merosost, tetapi merupakan jalur sekunder (**) bagi
perusahaan non-bank yang tergantung pada perbankan untuk pendanaan
kegiatan-kegiatan produksi mereka .
C. Analisis
Empiris
1. Krisis
keuangan Asia 1997-1998
Krisis
keuangan Asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai klimaksnya
pada tahun 1998 dipicu awalnya oleh larinya modal, terutama modal asing jangka
pendek. Dari Thailand, secara tiba-tiba da dalam jumlah yang tidak kecil, cukup
kuat untuk membuat banyak investor dan pengusaha gugup dalam menanggapinya.
Pelarian tersebut mengakibatkan nilai tukar bath terhadap dolar AS terdepresiasi
dalam jumlah yang besar. Dalam jangka waku yang tidak lama, hal yang sama juga
terjadi di Indonesia yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah.
Dalam
waktu yang tidak lama, depresiasi kurs rupiah tersebut menimbulkan suatu krisis
keuangan yang paling besar yang pernah Indonesia alami dalam sejarah, dan
memaksa sejumlah bank swasta tutup menjelang akhir tahun 1997 serta
bergabungnya sejumlah bank mengakibatkan kepanikan masyarakat yang sangat
besar, mereka berbondong-bondong menarik uang mereka dari semua bank, khususnya bank-bank swasta nasional.
Sebagai suatu akibat langsung dari tindakan masyarakat tersebut adalah
munculnya sebuah efek domino, bank-bank sebenarnya tidak mempunyai masalah
keuangan akhirnya ikut goyang akibat kehabisan dana dari pihak ketiga. Hal ini
menimbulkan suatu krisis ekonomi yang terparah, yang pernah dialami Indonesia
sejak tahun 1945.
Selain menyebabkan sejumlah bank mengalami kesulitan
likuiditas yang sanagt serius, depresiasi nilai tukar rupiah tersebut juga
berdampak buruk pada perusahaan non-bank di dalam negeri yang banyak impor dan
memiliki ULN dalam jumlah yang banyak dalam mata uang asing yang terapresiasi
atau menguat terhadap rupiah, yaitu dolar AS. Banyak dari mereka harus berhenti
beroperasi karena tidak sanggup membayar kembali ULN mereka atau meneruskan
impor, terutama perusahan yang selama itu sangat tergantung pada impor utuk
bahan baku utama bagi keperluan proses produksi mereka sanagat terpukul. Memang
selama orde baru banyak perusahaa khususnya konglomerat, di dalam negeri selain
sangat tergantung pada impor bahan baku dan input lainnnya juga membuat banyak
ULN.
2.
Krisis Ekonomi Global 2008-2009
Krisis ekonomi global 2008-2009
dipicu oleh suatu krisis keuangan besar di AS pada tahun 2007 dan melalui
keterkaitan keuangan global, krisis tersebut menjalar ke sebagian besar dunia,
terutama negara-negara maju seperti jepang dan UE yang secara ekonomi dan
keuangan sangat terintegrasi dengan AS. Krisis 2008-2009 tersebut mempengaruhi
banyak negara melalui sejumlah jalur, yaitu ekspor, investasi dan pengiriman
uang dari para pekerja migran. Namun demikian, jalur paling utama untuk
sebagian besar negara-negara terkena dampaknya adalah ekspor, seperti yang
dinyatakan di dalam Asia Development Outlook. Konsekuensinya, dampak dari
krisis itu sangat luas terhadap volume ekspor, jumlah produksi, dan para
pekerja dan keluarga mereka di negara-negara Asia yang berorientasi ekspor
tersebut.
Satu
hal yang menarik, bahwa sementara ekonomi dari negara-negara lain mengalami
keterpurukan yang serius terutama selama bulan pertama tahun 2009. Indonesia
tidak hanya mempertahankan pertumbuhan PDB yang positif, tetapi juga laju
pertumbuhannya sedikit lebih tinggi selama kuartal pertama dan kedua tahun
2009. Kemampuan Indonesia memperthankan pertumbuhan ekonomi yang positif
(walaupun dalam persentase yang kecil ) selama periode krisis terutama karena
permintaan agregat di dalam negeri tetap bisa tumbuh dengan baik khususnya
permintaan rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
Pembentukan
modal tetap domestik bruto di Indonesia juga tumbuh positif walaupun dalam
suatu laju sangat rendah, tercatat hanya sekitar 0,9 % dalam enam bulan pertama
2009, sebelumnya mengalami laju pertumbuhan positif dua digit sejak pertengahan
tahun 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar