APBN,
KEBIJAKAN FISKAL, DAN UTANG LUAR NEGERI
A. APBN
1. Fungsi
Di
negara manapun juga, baik yang beraliran sosial maupun berbasis kapitalis atau
gabungan dari dua sistem ekonomi tersebut, pemerintah mempunyai suatu peran
sangat penting di dalam kegiatan ekonomi nasional. Tugas pemerinta di
realisasikan lewat berbagai macam kebijakan, peraturan perundang-undangan
dengan tujuan untuk mendorong atau menggairahkan ekonomi pada saat ekonomi
sedang lesu dan mengerem laju ekonomi pada saat sedang memanas pertumbuhan
ekonomi rata-rata pertahun tinggi.
Perubahan
maupun pemakaian APBN dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi, penciptaan
lebih banyak kesempatan kerja, stabilitas harga, dan stabilitas dalam posisi
eksternal di cerminkan oleh sifat dari kebijakan fiskal.
2. Komponen-komponen
APBN
APBN
mempunyai dua kompoen besar, yakni anggaran pengeluaran pemerintah pusat dan
anggaran pendapatan negara. Selanjutnya, kedua komponen tersebut, masing-masing
mempunyi banuak sub komponen. Anggaran pendapatan negara terdiri dari berbagai
macam pajak, retribusi, royalti, bagian laba BUMN, dan berbagai pendapatan
non-pajak lainnya. Sedangkan anggaran pengeluaran pemerinta pusat teriri dari
dus sub-komponen besar, yakni, pengeluaran pemerintah pusat dan pengeluaran
pemerintah daerah, yaitu transfer ke pemerintah daerah.
Pertama,
di antara jenis-jenis pajak yang ada, pajak penghasilan dari sektor migas dan
sektor-sektor non migas adalah yang terbesar yang di dominasi oleh pph dari
sektor-sektor non-migas. Kedua, dari
sektor luar negeri, bea masuk selalu lebih besar dari bea keluar yang bisa mencerminkan
dua hal, yakni Indonesia sangat banyak melakukan impor dan pemerintah berupaya
selama ini menggenjot ekspor dengan berbagai macam cara, di antaranya dengan
memberikan keringanan pajak ekspor.
Ketiga, dalam bidang SDA, ternyata keuangan pemerintah hingga searang ini
masih sangat tergantung pada pemasukan dari sektor migas. Keempat, sumbangan dari laba BUMN terhadap pendapatan pemerintah
cenderung meningkat setiap tahun, walaupun banyak BUMN yang mengalami kerugian
pada taun-tahun tertentu.
Memang
yang penting bagi pemerintah adalah setelah dilakukan revisi, defisit anggaran
bisa lebih kecil atau paling tidak bertambah besar, tetapi ini tentu sangat
tergantung pada kondisi perekonomian saat itu yang menjadi alasan utama revisi
APBN atau RAPBN dilakukan.
3. APBN
Realisasi versus APBN Revisi
Bebrapa
tabel sebelumnya menunjukkan adanya dua versi APBN, yakni APBN realisasi dan
APBN revisi. APBN yang direvisi biasanya disebut APBN perubahan (APBN-P).
Revisi bisa dilakukan dengan atau tanpa kebijakan. Realisasi APBN bisa lebih
besar, sama atau lebih kecil dari anggaran awal atau anggaran yang telah di
revisi. Revisi APBN tidak selalu berarti beban pemerintah smakin berat, atau
pengeluaran dan defisit APBN yang di revisi tidak harus selalu lebih besar dari
anggarn semula, tergantung penyebab utama dilakukannya revisi dan metode
penghitungannya serta asumsi-asumsi baru yang menjadi dasar revisi.
B. Kebijakan
Fiskal
1. Teori
dan Model
Pertumbuhan
dan stabilitas sektor riil di pengaruhi oleh pemerintah lewat kabijakan fiskal,
dan di Indonesia kebijakan ini merupakan tanggung jawab menteri keuangan.
Sedangkan pertumbuhan dan stabilitas sektor moneter dipengaruhi oleh pemerintah
lewat kebijakan moneter yang sepenuhnya adalaha tanggung jawab Bank Indonesia.
Keserasian antara stabilitas di dalam ekonomi dengan pertumbuhan yang
berkelanjutan. Di Indonesia, kebijakan
fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas pertama adalah mengatasi APBN, dan masalah-masalah
APBN lainnya.
2. Analisis
Empiris
Salah
satu jalur lewat mana pemerintah bisa mempengaruhi atau meminkan peran
ekonominya adalah lewat kebijakan fiskal. Hal ini dilakukan dengan menaikkan
atau mengurangi pengdi teluarannya, di dalam model ekonmi karo keynesian, di
tandai dengan variabel G, atau menakkan dan menurunkan tarif pajak, di tandai
dengan variabel T, dan ini semua tercermin oleh besarnya nilai APBN. Untu
menganalisis tingat “kesehatan” keuangan pemerintah, besarnya defisit anggaran pemerintah
juga perlu dilihat dari persentasenya terhadap PDB. Karena yang perlu di ukur
tidak hanya beban dari kebijakan fiskal namun juga efektifitasnya.
C. Utang
Luar Negeri (ULN)
1. Penyebab
Utama : Suatu Perspektif Teori
Sejak
krisis ULN di dunia pada awal 1980-an, masalah ULN yang dialami oleh banyak
NB tidak semakin baik. Banyak NB semakin
terjerumus ke dalam krisis ULN sampai negara-negara pengutang besar terpaksa
melakukan program-program penyesuaian struktural terhadap ekonomi mereka atas
desakan dari bank Dunia dan IMF, sebagai syarat utama untuk mendapatkan
pinjaman baru atau pengurangan terhadap pinjaman lama. Bahkan Indonesia telah
beberapa kali nyaris terjerumus ke krisis ULN yang serius sejak era Orde Lama
hingga krisis keuangan Asia. Tingginya ULN dari banyak negara disebabkan oleh
tiga jenis defisit : defisit transaksi berjalan (TB), defidit neraca
perdagangan, defisit investasi dan defisit fiskal.
Dapat
di ketahui bahwa defisit TB yang terjadi terus menerus membuat banyak NB harus
tetap bergantung pada pinjaman luar negeri (PLN), terutama negara-negara yang
kondisi ekonomi domestiknya tidak menggairahkan investor-investor asing sehingga sulit bagi negara-negara tersebut
untuk mensubtitusikan PLN dengan investasi, misalnya dalam bentuk penanaman
modal asing (PMA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar