Minggu, 26 April 2015

KERENTANAN TERHADAP KRISIS EKONOMI



KERENTANAN TERHADAP KRISIS EKONOMI
A.    Latar Belakang
Dalam dua dekade teakhir ini Indonesia sudah dua kali diterpa krisis ekonomi besar. Pertama, krisis keuangan asia yang muncul sekitar tahun 1997 dan mencapai klimaksnya pada pertengahan tahun 1993, dan kedua, krisis ekonomi global yang terjadi dan mempengaruhi banyak negara, termasuk Indonesia, selama periode 2008-2009.
B.     Faktor-Faktor Penyebab Kerentanan Ekonomi Indonesia
Ada sejumlah alasan kenapa perekonomian Indonesia sangat rentan terhadap hampir semua tipe krisis ekonomi seperti berikut ini :
1.      Ekonomi Indonesia semakin terbuka dibandingkan, pada awal pemerintahan Orde Baru. Menuju liberalisasi dalam sektor-sektor perdagangan (barang dan jasa ), perbankan, dan investasi langsung. Selain itu, karena ekonomi Indonesia telah lama menjadi bagian dari tujuan penting di kawasan Asia tenggara bagi investasi asing jangka pendek. Indonesia juga menjadi sangat rentan terhadap pelarian modal dari dalam negeri.
2.      Walaupun dengan suatu laju yang menururn, Indonesia masih tetap bergantung pada ekspor dari banyak komoditi primer, yaitu pertambangan dan pertanian.
3.      Dalam dua dekade terakhir, Indonesia semakin tergantung pada impor dari sejumlah produk makanan yang penting termasuk beras, gandum, jagung, daging, sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak. Konsekuensi dari ketergantungan impor ini adalah kenaikan atau ketidakstabilan dari harga-harga produk makanan tersebut di pasar internasioanl, atau gagal panen dari produk-produk tersebut di negara-negara asal, jelas akan mempunyai suatu efek negatif yang signifikan idak hanya erhadap pengeluaran konsmsi miimum rumah tangga tetapi juga akan mengancam keamanan pangan di dalam negeri yang bisa berujung pada kerusuhan sosial dan kejatuhan kabinet yang sedang berkuasa.
4.      Dalam 20 tahun belakangan ini semakin banyak tenaga keja Indonesia ( TKI ), termasuk wanita, yang bekerja di luar negeri.
5.      Sebagian sebuah negara dengan jumlah populasi yang besar, yang artinya tingkat konsumsi makanan domestik yang sangat tinggi, akselerasi laju pertumbuhan output di sektor pertanian di dalam negeri menjadi sangat krusial, dan ini tergantung pada beragam faktor, termasuk cuaca yang merupakan sebuah faktor eksogen.

C.     Mengukur Tingkat Kerentanan Ekonomi
1.      Definisi
 Seperti yang disebutkan dalam tulisan akademi, oleh Adger, dkk. (2004) dan Briguglio, dkk. (2008), kerentanan bukan suatu konsep yang langsung, berbeda dengan konsep kemiskinan. Secara umum, kerentanan merujuk kepada potensi kerugian atau kerusakan yang di akibatkan oleh goncangan eksogen. Di bidang ekonomi, kerentanan ekoomi merujuk pada resiko-resiko yang disebabkan oleh goncongan eksogen terhadap tiga sistem kunci dari ekonomi, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi.
Dalam penelitian menganggap kerentanan dari sebuah RT didefenisikan sebgai kerentanan RT yang akan jatuh pada kemiskinan di masa depan :
Vt = Pr ( Cc+1≤Y)

2.      Indikator
Seperti telah di bahas sebelumnya tingkat kerentanan tergantung pada 3 faktor utama, derajat dari sensitivitas, derajat dri ketahanan, dan sifat alami dari suatu goncangan.
Analisis Empiris
a.       Indikator-Indikator pada Tingkat Makro
1)      Luas Ekonomi / pasar
Suatu negara (wialayah) kecil dalam arti jumlah populasinya sedikit membatasi kemampuannya untik mendapatkan keuntungan dari skala ekonomis dan menjadi penghambat bagi kemungkinan produksi. Oleh karena itu, luas ekonomi atau pasar harus dianggap sebagai salah satu indikator ketahanan ekonomi terhadap gocangan-goncangan. Namun demikian, variabel yang umum digunakan adalah jumlah populasi .

2)      Kepadatan dan Struktur Penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk, semakin besar luas pasar domestik/lokal, semakin banyak unit dari suatu jenis produk yang bisa di buat, semakin penuh pemakaian kapasitas produksi yang terpasang dan semakin rendah biaya produksi per satu unit produk tersebut.
3)      Lokasi Geografi
Lokasi yang terisolasi seperti pulau-pulau kecil di perbatasan sering di sebut sebagai pulau-pulau terluar membuat biaya transportasi menjadi sangat mahal dan marjinalisasi dalam semua aspek ( ekonomi, sosial dan politik ) kehidupan dari masyarakatnya.
4)      Struktur konsumsi rumah tangga
Di Indonesia, provinsi-provinsi atau kabupaten dengan rasio konsumsi beras terhadap konsumsi non-beras yang lebih tinggi atau yang memiliki persentase dari konsumsi beras di dalam total pengeluaran yang lebih besar pada prinsipnya lebih rentan terhadap krisis tipe ini di bandingkan provinsi atau kabupaten dengan rasio yang lebih rendah.
5)      Keterbukaan ekonomi
Suatu wilayah dengan derajat keterbukaan ekonomi yang tinggi menandakan wilayah tersebut melakukan ekspor dan impor ( jika wilayah itu berada di dalam suatu negara ) secara insentif dan ini bisa di ukur dengan rasio perdagangan ekseernal terhadap PDRB ( PDB dalam kasus negara ).
6)      Ketergantungan dan diversifikasi ekspor
Wilayah-wilayah dengan suatu ketergantungan ekspor yang sangat besar, di ukur dengan rasio ekspor terhadap PDB, mempunyai suatu keterbukaan ysng lebih besar terhadap goncangan-goncangan eksogen dibandingkan wilayah-wilayah yang tidak terlalu tergantung pada ekspor.
7)      Ketergantungan dan diversifikasi impor
Wilayah-wilayah dengan derajat ketergantungan impor yang tinggi, terutama impor-impor startegis seperti energi ( minyak bumi dan gas ), makanan, SDA krusial lainnya, dan bahan-bahan industri, diperburuk dengan kemungkinan substitusi impor yang terbatas sangat rentan terhadap ketidakstabilan suplai dnia atau dalam harga dunia untuk import-import tersebut.
8)      Diversifikasi ekonomi
Satu hipotesis terkaitnya adalah semakin terkonsentarsi ekonomi suatau wilayaha hanya pada satu atau dua sektor, maka semakin rentan wilayah tersebut terhadap goncangan-goncangan eksternal.
9)      Pendapatan riil perkapita
Pendapatan rill perkapita sering digunakan sebagai sebuah indikator kesejahteraan, yang menandakan daya beli dari sebuah ekonomi.
10)  Rumah tangga menurut kelompok pendapatan
Hipotesis terkaitnya yaitu wilayah-wilaah di mana sebagian besar dari jumlah RT adalah kelompok berpendapatan terendah  paling rentan terhadap suatu goncangan ekonomi di bandingkan wilayah-wilayah yang mayoritas RT nya berpenghasilan tinggi.
11)  Kemiskinan
Hipotesisnya adalah wilayah miskin lebih rentan terhadap suatu krisis ekonomi dibandingkan wilayah kaya .
12)  Kemajuan pendidikan
Kemajuan pendidikan biasanya diukur dengan dua indikator modal manusia, yanki jumlah anak-anak yang bisa membaca dan menulis.
13)  Kondisi kesehatan
Seperti dalam kasus kondisi pendidikan tersebut, kondisi kesehatan juga merupakan suatu indikator modal manusia yang krusial, jika kemajuan dalam pendidikan atau keberhasilan mencapai pendidikan tinggi tida akan pernah tercapai dala suatu komunitas yang tidak sehat.
14)  Kemajuan tekonologi
Hipotesis terkaitnya yaitu : wilayah dengan kemmapuan teknolgi tinggi memiliki ketahanan lebih besar terhadap goncangan dibandingkan wilayah dengan kapabilitas rendah dalam pengembangan atau penguasaan teknologi.
15)  Infarstruktur sosial-ekonomi
Hipotesis terkait yaitu : tingkat kerentanan ekonomi di wilayah yang infrastruktur sosial dan ekonominya maju lebih redah/ tinggi di bandingkan wilayah yang masih terbelakang atau wilayah pertama yang lebih mampu / cepat untuk pulih kembali dari suatu krisis ekonomi dengan kerugian kecil dibandingkan dengan wilayah yang infrastruktur sosial ekonominya buruk.
16)  Modal sosial
Di dalam bidang ekonomi, modal sosial penting sebagai suatu faktor penentu tingkat krlayakan dan produktivitas dari kegiatan-kegiatan ekonomi. Hal ini memberi kesan adanya suatu keterkaitan positif antara sifat alamiah dari proses pembangunan ekonomi dan modal sosial.
17)  Partisipasi wanita dalam kesempatan kerja/kegiatan ekonomi
Mungkin isu gender lebih relevan untuk Indonesia daripada untuk negara-negara yang lebih maju atau negara-negara dimana kaum perempuannya lebih maju atau tingkat partisispasi wanitanya sudah tinggi dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, maupun politik.
18)  Stabilitas ekonomi makro
Mengikuti kinerja dari Briguglio dkk. (2008 ) dalam membuat suatu indeks ketahanan, stabilitas ekonomi makro di anggap sebagai suatu variabel penting yang menangkap efek dari penyerapan goncangan atau kebijakan-kebijakan anti goncangan.
19)  Efisiensi pasar ekonomi mikro
Pembenaran teoritisnya dari pemakaian komponen tersebut adalah : sebuah ekonomi akan mendapatkan lebih banyak keuntungan jika semua sumber daya produktif yang ada di alokasikan melalui mekanisme harga yang tidak terdistorsi.
b.      Indikator-Indikator pada Tingkat Mikro
Yang paling menjadi masalah adalah kerentanan individu atau RT, terutama dari kelompok miskin. Hal yang sangat jelas bahwa kerentanan ekonomi dari suatu negara pada tingakt makro berasosiasi dengan kerentanan pada tingkat mikro, tergantung pada bagaimana suatu krisis mempengaruhi ekonomi negara tersebut dan kehidupan masyarakatnya secara individu maupun kelompok, misalnya RT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar